Rasa cinta menjadi
satu identitas yang selalu melekat dalam kehidupan para makhluknya. Tanpa
diundang, cinta hadir dan menyapa siapa saja. Membenamkan segala syak wasangka
menjadi satu alunan dendang irama. Saking dahsyatnya cinta, banyak orang
terlena dan salah mendefinisikan arti cinta. Lalu bagaimana sikap kita mengenai
cinta?
Sebagai seorang muslim,
ketika kita mencintai saudara seiman, cinta tersebut tidaklah ternoda oleh
kecenderungan-kecenderungan duniawi atau hasrat-hasrat yang tersembunyi. Mutlak
merupakan cinta persaudaraan sejati yang kemurniannya memancar dari cahaya petunjuk Islam. Hal itu dapat membangun
ikatan-ikatan yang menghubungkan seorang muslim dengan saudranya, tanpa
memandang ras,warna kulit atau bahasa. Hanya dipersatukan oleh keimanan kepada
Allah semata.
Persaudaraan
karena iman merupakan persaudaraan terkuat antara hati dan pikiran. Tidak
mengherankan bahwa persaudaraan unik ini, menghasilkan buah-buah cinta yang
sangat lembut, murni dan abadi. Islam menyebutnya “Cinta Hanya Kepada Allah”,
dimana muslim menemukan manisnya iman. Ada sebuah hadits yng berbunyi:
Tiga hal yang siapa mampu mencapainya, akan merasakan
manisnya iman: jika Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari yang lain; jika ia
mencintai seseorang hnya karena Allah; dan jika ia membenci kekafiran,setelah
Allah menyelamatkannya, sebagaimana ia benci jatuh dalam api neraka”.
(Muttafaqun ‘alaih)
Cinta
hanya karena Allah dan bukan karena sesuatu yang lain dalam kehidupan yang
penuh dengan ketamakan,hasrat dan kepentingan, adalah sangat sulit, dan tak
seorangpun dapat mencapainya, kecuali orang yng memiliki hati suci, karena
baginya dunia bukn apa-apa, jika dibandingkn dengan keridhaan Allah swt.
prinsip yang demikian akan membawa berkah berupa anugrah yang tak terhingga
dari Allah swt.
Nabi
saw. sendiri, melihat dan memahami begitu luar biasanya potensi dari cinta.
Kekuatannya dapat mempersatukan umat manusia menjadi satu kumpulan masyarakat.
Bahkan, beliau tidak pernah melewatkan waktu tanpa menganjurkan cinta.
Anas ra
berkata, bahwa seseorang bersama Nabi saw. ketika orang lain lewat. Orang
pertama berkata: “Ya Rasulullah, sungguh aku mencintai orang ini”. Nabi saw.
bertanya kepadanya, “Sudahkah engkau memberitahunya?”, ia berkata, “Belum”,
Nabi bersabda, “Katakan kepadanya”. Ia mengejar dan mengatakan kepadanya,
“sesungguhnya aku mencintaimu hanya karena Allah”. Dan orang tersebut menjawab,
“Semoga Allah mencintai orang yang mencintaiku hanya karenaNya”.
Dalam sebuah sabda riwayat lain oleh Imam Muslim dari Abu
Hurairah ra., Nabi saw. bersabda:
“Demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNya, engkau tidak akan
masuk Surga, sehingga engkau beriman, dan engkau tidak akan beriman, sehingga
engkau saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian”. (HR. Muslim)
Dalam
pandangan Rasulullah saw., tidak ada sesuatu pun yang dapat mengurangi
kebencian, kecemburuan dan permusuhan dari hati manusia, kecuali persaudaraan
sejati, yang didasarkan pada cinta,persahabatan dan saling memberikan nasehat.
Sehingga beliau mengajak muslim untuk menebarkan salam diantara saudara-saudara
mereka, sehingga akan membuka hati mereka untuk saling mencintai dan bertemu
dalam kondisi yang baik.
0 komentar:
Posting Komentar